Sabtu, 25 November 2017

LIKUIDITAS dan COST OF CAPITAL



Nama                           : Nurhayati
NPM                           : 28214215
Kelas                           : 4EB31
Mata Kuliah                : Etika Profesi Akuntansi
Dosen                          : Evan Indrajaya




PT. Colorpak Indonesia Tbk.
Rasio Likuditas
Rasio Likuiditas adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih.
  1. Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Rumus Current Ratio adalah:
Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%
Tahun 2016     = (Rp 414.294.013.938 : Rp 138.798.095.790) x 100%
                      = 298,486= 298,49%
Tahun  2011    = (Rp 392.566.505.278 : Rp 108.423.708.683) x 100%
                      =362,067= 362,07%
Analisis : Dapat dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau di atas 100 % maka untuk kasus perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Current Ratio diatas 100% yaitu 298,49% dan 362,07%.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
  1. Quick Ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Rumus Quick Ratio :
Quick ratio     = {(aktiva lancar – persediaan) / hutang lancar} x 100%

Tahun 2016     = {(Rp 414.294.013.938 – Rp 112.970.688.631) / Rp 138.798.095.790} x100%
                      = 217,094= 217,09%
Tahun 2017     ={(Rp 392.566.505.278 - Rp 126.544.408.553) / Rp 108.423.708.683} x 100%
                        = 245,354= 245,35%
Analisis : Pada Quick Ratio angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat maka untuk perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Quick Ratio yaitu 217,09% dan 245,35%.
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat.
  1. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Cash ratio      = (kas dan setara kas / hutang lancar) x 100%

Tahun 2016     = ( Rp 105.912.896.436/  Rp 138.798.095.790) x 100%
                      =76,307= 76,31%
Tahun 2017     = (  Rp 86.656.545.874 /  Rp 108.423.708.683) x 100%
                      = 79,923= 79,92%
Analisis : Pada Cash Ratio semakin besar rasionya maka semakin baik. Jika hasil rasio menunjukan 1:1 atau 100% atau semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan hutang akan semakin baik , dalam perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena Cash Ratio memiliki hasil 76,31 % dan 79,92 %.
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%.
  1. Working Capital to Total Asset Ratio
Rasio ini dapat menilai dari total aktiva dan posisi modal kerja. Rumus dari Working Capital to Total Asset Ratio sebagai berikut :
Working Capital to Total Asset Ratio = {(Current Asset – Current Liabilities) / Total Asset} x 100%
Tahun 2016     = {(Rp 414.294.013.938 – Rp 138.798.095.790) / Rp 567.560.171.430} x100%
                      = 48,540= 48,54%
Tahun 2017     ={(Rp 392.566.505.278 - Rp 108.423.708.683) / Rp 542.298.880.818} x 100%
                        = 52,395= 52,4%
Analisis : Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa Working Capital to Total Asset Ratio pada perusahaan ini adalah sebesar 48,54% dan 52,4%.
Cost of Capital atau Biaya Modal (COC)
Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost(biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.
Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost of Capital) terdiri dari Cost of Debt (biaya hutang) dan Cost of Equity (biaya modal sendiri).
  1. Cost of Debt (Biaya Hutang)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi.
Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian modal sendiri (ekuitas). Biaya Utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
  1. Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Besarnya biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield to maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan Kd.
Rumus :

Keterangan :
C             = Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M            = Nilai nominal (maturitas) atau  face value setiap surat obligasi
Kd           = Nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan obligasi
n              = Masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun
Dalam perusahaan PT. Colorpak Indonesia Tbk dilaporan keuangan tahun 2016 dan tahun 2017 tidak terdapat hutang obligasi, maka dalam hal ini perhitungan biaya hutang sebelum pajak tidak diketahui.
  1. Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk beban bagi perusahaan (interest expense). Dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang.
Biaya utang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan (1 – T), dengan T adalah tingkat pajak marginal.
Rumus:



  1. Biaya Saham Freferen
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang dengan modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya.
Rumus:





Keterangan :
  = Biaya saham preferen
  = Dividen saham preferen
  = Harga bersih pada saat emsisi
Pada PT. Mayora Indah Tbk tidak menerbitkan saham preferen pada periode 2016
  1. Cost of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan Capital Aset Pricing Model(CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas risiko dengan premi risiko pasar dikaliikan dengan β (resiko saham perusahaan).
Rumus:
Ks = Rf + β (Rm -Rf)
Keterangan :
Ks  = Biaya laba ditahan
Rf  = Tingkat pengembalian bebas risiko
β    = beta, pengukuran sistematis saham
Rm = Tingkat pengembalian saham
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan CAPM adalah sebagai berikut:
  • Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko ( Rf )
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil dari suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf  yang merupakan suku bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
  • Return Pasar ( Rm )
Return pasar dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun.
Rumus:


  • Resiko Sistematis ( β )
Perkiraan koefisien beta saham ( β ) digunakan sebagai indeks dan risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan dengan pendekatan regresi.
Rumus:


Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
  • Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Dalam praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan.
Rumus:
 WACC = Wd . Kd  (1 – T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
 Wd   = Proporsi hutang dalam struktur modal
  Kd     = Biaya hutang (cost of debt)
  Ws   = Proporsi saham biasa dalam struktur modal
   Ks   = Tingkat  pengembalian yang diinginkan investor

Jumat, 20 Oktober 2017

PERKIRAAN DAN KEUNTUNGAN PENJUALAN


Laporan keuangan konsolidasi PT Colorpak Indonesia Tbk
dan entitas anaknya

Ø  Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi


 Ø  Laporan Posisi Keuangan Laba Rugi




Perhitungan pada tahun 2016
1.    Jumlah penjualan        : Rp 649.070.715.297
2.    Jumlah asset               : Rp 414.294.013.938
3.    Earning power             : laba sblm pajak : asset lainnya = Rp 85.199.962.015 :  Rp 9.449.740.376 = Rp 9,0161167 * 100% = 901,61167 = 901,612%

4.    ROR                            : laba stlh pajak : Modal saham = Rp 391.343.089 : Rp 30.633.855.000 = Rp 0,01277486 * 100% = 1,277486 = 1,277%
 
Analisis : saldo laba pada tahun 2015 sebesar Rp 76.155.082.128 sedangkan saldo laba pada saat tahun 2016 lebih kecil sebesar Rp 62.912.002.452 sehingga untuk periode selanjutnya perusahaan harus meningkatkan kinerja agar laba di periode berikutnya dapat meningkat.