Nama
: Nurhayati
NPM
: 28214215
Kelas
: 4EB31
Mata
Kuliah
: Etika Profesi Akuntansi
Dosen
: Evan Indrajaya
PT. Colorpak Indonesia Tbk.
Rasio Likuditas
Rasio Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih.
- Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan
informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar.
Rumus Current Ratio adalah:
Current
ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%
Tahun 2016 = (Rp
414.294.013.938 : Rp 138.798.095.790) x 100%
=
298,486= 298,49%
Tahun 2011 = (Rp 392.566.505.278
: Rp 108.423.708.683) x 100%
=362,067=
362,07%
Analisis
: Dapat dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau di atas 100 % maka
untuk kasus perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Current Ratio diatas
100% yaitu 298,49% dan 362,07%.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar,
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi
semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau
diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
- Quick Ratio
Quick ratio = {(aktiva lancar –
persediaan) / hutang lancar} x 100%
Tahun 2016 = {(Rp
414.294.013.938 – Rp 112.970.688.631) / Rp 138.798.095.790} x100%
=
217,094= 217,09%
Tahun 2017 ={(Rp 392.566.505.278
- Rp 126.544.408.553) / Rp 108.423.708.683} x 100%
= 245,354= 245,35%
Analisis : Pada Quick
Ratio angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun
rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat
maka untuk perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Quick Ratio yaitu
217,09% dan 245,35%.
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan
current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun,
berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau
1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah
dikatakan sehat.
- Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa
segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang
perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.
Sedangkan harta setara kas (near
cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat
diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi
domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Cash ratio = (kas dan
setara kas / hutang lancar) x 100%
Tahun 2016 = ( Rp
105.912.896.436/ Rp 138.798.095.790) x 100%
=76,307=
76,31%
Tahun 2017 = ( Rp
86.656.545.874 / Rp 108.423.708.683) x 100%
=
79,923= 79,92%
Analisis : Pada Cash
Ratio semakin besar rasionya maka semakin baik. Jika hasil
rasio menunjukan 1:1 atau 100% atau semakin besar perbandingan kas atau setara
kas dengan hutang akan semakin baik , dalam perusahaan ini dapat dikatakan
sehat karena Cash Ratio memiliki
hasil 76,31 % dan 79,92 %.
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama
seperti Quick Ratio,
tidak harus mencapai 100%.
- Working Capital to Total Asset Ratio
Rasio ini dapat menilai dari total aktiva dan posisi modal kerja.
Rumus dari Working
Capital to Total Asset Ratio sebagai berikut :
Working Capital to Total Asset Ratio = {(Current
Asset – Current Liabilities) / Total Asset} x 100%
Tahun 2016 = {(Rp
414.294.013.938 – Rp 138.798.095.790) / Rp 567.560.171.430} x100%
=
48,540= 48,54%
Tahun 2017 ={(Rp 392.566.505.278
- Rp 108.423.708.683) / Rp 542.298.880.818} x 100%
= 52,395= 52,4%
Analisis : Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa Working Capital to Total Asset
Ratio pada perusahaan ini adalah sebesar 48,54% dan 52,4%.
Cost of Capital atau
Biaya Modal (COC)
Cost of Capital atau
biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan.
Dari sudut pandang investor cost
of capital adalah opportunity
cost(biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor pada
suatu perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang
dibutuhkan.
Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost of Capital) terdiri dari Cost of Debt (biaya
hutang) dan Cost of
Equity (biaya modal sendiri).
- Cost of Debt (Biaya Hutang)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan
menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari
pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya
hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan
(required of return)
yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam
mencari nilai obligasi.
Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan
tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian modal sendiri (ekuitas). Biaya
Utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
- Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Besarnya biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan
menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield
to maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan Kd.
Keterangan :
C
= Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M
= Nilai nominal (maturitas) atau face
value setiap surat obligasi
Kd = Nilai pasar atau
hasil bersih dari penjualan obligasi
n = Masa jatuh
tempo obligasi dalam n tahun
Dalam perusahaan PT. Colorpak Indonesia
Tbk dilaporan keuangan tahun 2016 dan tahun 2017 tidak terdapat hutang
obligasi, maka dalam hal ini perhitungan biaya hutang sebelum pajak tidak
diketahui.
- Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari utang
akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk beban
bagi perusahaan (interest
expense). Dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya
pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang.
Biaya utang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya
utang sebelum pajak dengan (1 – T), dengan T adalah tingkat pajak marginal.
- Biaya Saham Freferen
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang
dengan modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang
menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya.
Rumus:
Keterangan :
= Biaya saham preferen
= Dividen saham preferen
= Harga bersih pada saat emsisi
Pada PT. Mayora Indah Tbk tidak
menerbitkan saham preferen pada periode 2016
- Cost of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham
biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan Capital Aset Pricing Model(CAPM),
dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri
yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas risiko
dengan premi risiko pasar dikaliikan dengan β (resiko saham perusahaan).
Rumus:
Ks = Rf + β (Rm -Rf)
Keterangan :
Ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta, pengukuran sistematis saham
Rm = Tingkat pengembalian saham
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan CAPM
adalah sebagai berikut:
- Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko ( Rf )
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil dari suku bunga rata-rata
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf yang merupakan suku
bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
- Return Pasar ( Rm )
Return pasar dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun.
Rumus:- Resiko Sistematis ( β )
Perkiraan koefisien beta saham ( β ) digunakan sebagai indeks dan
risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan dengan pendekatan regresi.
Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
- Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Dalam praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan perusahaan
diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh
perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang
digunakan.
Rumus:
WACC = Wd . Kd (1 –
T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal
Kd = Biaya hutang (cost of debt)
Ws = Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks = Tingkat pengembalian yang
diinginkan investor
WACC = Wd . Kd (1 – T) + Ws. Ks
sumber:https://www.idnfinancials.com/s3/file/NjcvWGpKQU1HUHpkbktITDhRcVJwWkpJcEh4TGN5RWtjM3VvU0lBL2xwVENqcjkzanNBS2dHUlNmSmtjNml5Ny9sVTgzdEpzT3VYdUcwTWlFc1dwWGNaS0IrNHVEU2NpK2NOWlg2eERVWUIxMjdwcU9lOUlZTHI2dHJheUV3S0swcG0xVGVmWWRoOWZQQ0o3VzVZMUt4YlNPUjZxRW50OU9KazFMdlkrdnJMQlpWd0czeVNZYUpmNnA4NGMrZ283dzUwZXFEdnp0QzZtdkYyWXl0SUxYZz09
https://12ak1agustina.wordpress.com/2017/11/25/etika-profesi-akuntansi-tugas-3/
http://megsofmega.blogspot.co.id/2014/04/analisis-rasio-pada-laporan-keuangan-pt.html
sumber:https://www.idnfinancials.com/s3/file/NjcvWGpKQU1HUHpkbktITDhRcVJwWkpJcEh4TGN5RWtjM3VvU0lBL2xwVENqcjkzanNBS2dHUlNmSmtjNml5Ny9sVTgzdEpzT3VYdUcwTWlFc1dwWGNaS0IrNHVEU2NpK2NOWlg2eERVWUIxMjdwcU9lOUlZTHI2dHJheUV3S0swcG0xVGVmWWRoOWZQQ0o3VzVZMUt4YlNPUjZxRW50OU9KazFMdlkrdnJMQlpWd0czeVNZYUpmNnA4NGMrZ283dzUwZXFEdnp0QzZtdkYyWXl0SUxYZz09
https://12ak1agustina.wordpress.com/2017/11/25/etika-profesi-akuntansi-tugas-3/
http://megsofmega.blogspot.co.id/2014/04/analisis-rasio-pada-laporan-keuangan-pt.html