Peluang dan
Tantangan Bisnis Kuliner Tahun 2015
- Peluang bisnis kuliner
Peluang
bisnis 2015 ini memang masih diramaikan dengan bisnis kuliner . Ini tampak
terass jika kita berjalan-jalan dibeberapa mall , dimana kita akan menemukan
stand beberapa masakan beraneka ragam mulai dari masakan nusantara hingga
masakan luar negeri seperti masakan jepang yang sedang diramai diindik pasarnya
.
melihat meningkatnya
minat masyarakat dari tahun ke tahun , bisnis kuliner diprediksikan akan terus eksis di tahun 2015 ini . para
pakar warabala pun memprediksikan bahwa usaha kuliner akan semakin digemari .
Alasan mendasar dipilihnya bisnis ini karena peluang usaha kuliner perputaran
uangnya yang relative cepat .
namun
memulai bisnis kuliner ini bukan lah sesuatu yang mudah, semua kembali kepada
kita yang dalam mengolahnya . penting untuk diingat juga bahwa, keahlian
memasak masakan yang lezat yang dimiliki, tak selalu menjamin sebuah bisnis kuliner berhasil . dibutuhkan
kesiapan mental dan juga pengetahuan yang cukup untuk mengambil peluang bisnis
kuliner ditahun 2015 ini .
- Tantangan bisnis kuliner
Tak adanya standarisasi food safety menjadi kendala untuk mengukur sejauhmana kualitas kafe dan restoran secara keseluruhan. Bicara food safety, kata Stevan, bukan hanya kualitas makanan, namun juga penyajian, cara mengolah masakan, pelayanan, tingkat kebersihan, hingga bahan baku.
"Ada grup pasar khusus yang lebih mementingkan kualitas dan pelayanan saat makan di kafe atau restoran. Ada juga yang memilih makanan dengan harga murah," jelas Stevan.
Umumnya, pemain lama di bisnis kuliner cenderung menyasar dua segmen, yakni kalangan menengah atas yang merupakan grup pasar khusus (niche market) atau pecinta kuliner yang lebih mempertimbangkan harga saat membeli makanan.
Menurut Stevan, adalah tugas asosiasi untuk merespons minimnya pengetahuan juga penerapan food safety ini di kalangan pebisnis kuliner. Juga menjadi tugas asosiasi untuk menggalakkan pentingnya food safety termasuk standarisasi kafe dan restoran.
Jika dibandingkan Singapura, Indonesia masih ketinggalan mengenai strandarisasi food safety di kafe dan restoran, katanya. Padahal standarisasi food safety juga penting bagi pelanggan, terutama mereka yang ingin menerapkan gaya hidup sehat. Standarisasi food safety penting untuk menghindari berbagai risiko seperti kasus keracunan makanan di restoran karena pengolahan makanan yang tak sesuai standar, kata Stevan.
"Grade untuk restoran di Singapura diberikan oleh pemerintahnya. Di Indonesia, Apkrindo masih mempersiapkan mengenai standarisasi ini. Membutuhkan waktu panjang untuk bisa memiliki standarisasi seperti ini, apalagi dengan sistem grading," ungkapnya.
Stevan mengatakan, masih butuh waktu untuk membangun kepercayaan di kalangan pebisnis kuliner itu sendiri, untuk menciptakan standarisasi makanan dan minuman sebagai produk dari kafe atau restorannya. Karenanya, keterlibatan pemilik kafe dan restoran dalam asosiasi dibutuhkan untuk menciptakan industri kuliner yang lebih berkualitas di kemudian hari, agar Indonesia dapat menjadi destinasi wisata kuliner berkualitas.
Apkrindo memiliki kepengurusan yang kuat di Jakarta dan Surabaya. "Di Jakarta ada 30 merek yang tergabung di asosiasi, dan ada beberapa merek yang memiliki lebih dari satu restoran atau kafe. Sedangkan di Surabaya, ada lebih dari 100 merek yang bergabung di asosiasi," jelas Stevan.
Ia menambahkan, untuk menjadi anggota Aprkrindo, dikenai biaya iuran Rp 3 juta per tahun. "Dana ini dimanfaatkan untuk kepentingan anggota dan wadah edukasi di kalangan pebisnis kuliner, salah satunya training kafe dan restoran, terutama mengenai standarisasi terkait food safety," jelasnya.
sumber ;
http://adakportal.com/contoh-peluang-bisnis-yang-menjanjikan/
http://tekno.kompas.com/read/2011/12/26/14534516/tren.dan.tantangan.bisnis.kuliner.